Asal Usul
Dari Prasasti Kedukan Bukit, disebutkan bahwa Dapunta Hyang raja Sriwijaya bertolak dari Minanga, dengan membawa puluhan ribu tentara lengkap dengan perbekalan, setelah menaklukkan daerah tersebut. Berita tentang Kerajaan Melayu ini juga disebut dalam catatan perjalanan Pendeta I-tsing atau I Ching (義淨; pinyin Yì Jìng) (634-713) identik dengan kerajaan ini.
Selain dari berita buku T'ang-Hui-Yao, dari buku Tse-fu-yuan-kuei pada masa Dinasti Song yang dibuat atas dasar sejarah lama oleh Wang-ch'in-jo dan Yang I antara tahun 1005 dan 1013, juga menceritakan adanya utusan dari Kerajaan Melayu datang ke Cina antara tahun 644 dan 645.
Namun belum ada sumber yang menyebutkan dimana lokasi persisnya tempat yang menjadi ibukotanya serta siapa yang menjadi raja di kerajaan ini.
Sumber Cina
Artikel ini mengandung karakter Asia Timur (Hanzi, Kanji, Katakana, Hiragana, Hangeul, Hanja dan Chu Nom). Tanpa sokongan karakter multibahasa, Anda mungkin melihat tanda tanya, kotak, atau lambang selain dari karakter yang dimaksud. |
Artikel ini memuat teks berbahasa Tionghoa. Tanpa sokongan multibahasa, Anda mungkin akan melihat tanda tanya, tanda kotak, atau karakter lain selain dari karakter yang dimaksud. |
* (Cina: 木 剌 由)- Bok-la-yu, Mok-la-yu * (Cina: 麻 里 予 儿) - Ma-li-yu-er * (Cina: 巫 来由) - Oo-lai-yu (dijiplak dari sumber tertulis biarawan
Xuan Zang) * (Cina: 无 来由) - Wu-lai-yuSebagian ekstrak dari Chronicle asli Mongol Yuan (dalam bahasa Cina): Chronicle of Mongol Yuan
"以 暹 人 与 麻 里 予 儿 旧 相 仇杀, 至 是 皆 归顺, 有 旨 谕 暹 人" 勿 伤 麻
里 予 儿, 以 践 尔 言 ".
Perdagangan
Dengan adanya perlindungan dari Cina, Kerajaan Minanga menjadi penguasa lalu lintas Selat Malaka saat itu, dan memiliki hasil tambang emas dan perak.Penurunan
Berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit, di tahun 682 Kerajaan Minanga takluk dan menjadi bahagian dari kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.Dari Minanga ke Dharmasraya
Munculnya Wangsa Mauli
Kekalahan kerajaan Sriwijaya akibat serangan Rajendra Coladewa, raja Chola dari Koromandel telah mengakhiri kekuasaan Wangsa Sailendra atas pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya sejak tahun 1025. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti baru yang mengambil alih peran Wangsa Sailendra, yaitu yang disebut dengan nama Wangsa Mauli.Prasasti tertua yang pernah ditemukan atas nama raja Mauli adalah Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand. Prasasti itu berisi perintah Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin. Yang mengerjakan tugas membuat arca tersebut bernama Mraten Sri Nano.
Prasasti kedua berselang lebih dari satu abad kemudian, yaitu Prasasti Padang Roco tahun 1286. Prasasti ini menyebut adanya seorang raja bernama Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. Ia mendapat kiriman arca Amoghapasa dari atasannya, yaitu Kertanagara raja Singhasari di pulau Jawa. Arca tersebut kemudian diletakkan di Dharmasraya.
Dharmasraya dalam Pararaton disebut dengan nama Malayu. Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Malayu. Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar adalah keturunan dari Trailokyaraja. Oleh karena itu, Trailokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai raja Malayu, meskipun prasasti Grahi tidak menyebutnya dengan jelas.
Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja pada tahun 1183 telah mencapai Grahi, yang terletak di selatan Thailand (Chaiya sekarang). Itu artinya, setelah Sriwijaya mengalami kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka. Namun, kapan kiranya kebangkitan tersebut dimulai tidak dapat dipastikan, dari catatan Cina disebutkan bahwa pada tahun 1082 masih ada utusan dari Chen-pi (Jambi) sebagai bawahan San-fo-ts'i, dan disaat bersamaan muncul pula utusan dari Pa-lin-fong (Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra.
Istilah Srimat yang ditemukan di depan nama Trailokyaraja, Tribhuwanaraja dan Adityawarman berasal dari bahasa Tamil yang bermakna ”tuan pendeta”. Dengan demikian, kebangkitan kembali kerajaan Melayu dipelopori oleh kaum pendeta. Namun, tidak diketahui dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan tersebut adalah Trailokyaraja, ataukah raja sebelum dirinya, karena sampai saat ini belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada prasasti Grahi.
0 komentar:
Posting Komentar