Bendera
Lambang
Lokasi
Mayotte (bahasa Perancis: Mayotte, diucapkan [majɔt]; Shimaore: Maore, [maore]; Kibushi: Mahori), secara resmi Departemen Mayotte (Perancis: Départementale de Mayotte), merupakan sebuah departemen seberang laut Perancis yang terdiri dari sebuah pulau utama, Grande-Terre (atau Mahoré), satu pulau kecil, Petite-Terre (atau Pamanzi), dan beberapa kepulauan kecil di sekitar dua pulau tersebut.
Mayotte terletak di ujung utara Selat Mozambik di Samudera Hindia, antara utara Madagaskar dan utara Mozambik. Teritorinya secara geografi bagian dari Kepulauan Komoro, tetapi terpisah secara politik sejak 1970-an. Teritori ini juga dikenal sebagai Mahoré, nama asli pulau utama, khususnya oleh pendukung pembentukannya dalam Uni Komoro.
Geografi
Pulau utama, Grande-Terre (atau Mahoré), secara geografi merupakan
yang tertua dari Kepulauan Komoro, 39 kilometer (24 mil) panjangnya dan
22 kilometer (13½ mil) lebarnya, dan titik tertingginya adalah Gunung
Benara (Perancis: Mont Bénara; Shimaore: Mlima Bénara) dengan 660 meter (2.165 kaki)
di atas permukaan laut. Karena terdapat gunung berapi, tanahnya subur
di beberapa daerah. Karang koral yang mengelilingi kebanyakan pulau
menjamin perlindungan kapal dan tempat tinggal hewan laut.
Dzaoudzi adalah ibukota Kepulauan Komoro hingga 1977. Terletak di Petite-Terre (atau Pamanzi), seluas 10 kilometer persegi (3.9 mil persegi), pulau ini menjadi yang terbesar dari beberapa pulau kecil dekat Mahoré. Mayotte adalah anggota Komisi Samudera Hindia, dengan keanggotaan terpisah dari Kepulauan Komoro.
Sejarah
Tahun 1500, kesultanan Maore atau Mawuti
(berdasarkan جزيرة الموت dalam Bahasa Arab (berarti pulau para orang
mati/kematian) dan berubah menjadi Mayotte dalam Bahasa Perancis)
didirikan di pulau itu.
Tahun 1503, Mayotte ditemukan oleh penjelajah Portugis, tetapi tidak dijadikan koloni.
Tahun 1832, pulau ini dikuasai oleh Andriantsoly, bekas raja Iboina di Madagaskar; tahun 1833 dikuasai kesultanan tetangganya, Mwali
(Mohéli dalam Bahasa Perancis); tanggal 19 November 1935 dikuasai
kembali oleh kesultanan Ndzuwani (Anjouan dalam Bahasa Perancis;
pemerintahan ditetapkan dalam bentuk Qadi
(dari bahasa Arab قاض yang berarti hakim), sejenis 'Magistrat Penghuni'
dalam sebutan Britania), tapi tahun 1836 kemerdekaan diraih dibawah
Sultan setempat terakhir.
Mayotte diberikan kepada Perancis bersama Kepulauan Komoro lainnya tahun 1843. Merupakan pulau satu-satunya dalam kumpulan itu yang memasuki pemilihan referendum tahun 1974 dan 1976
untuk mempererat hubungannya dengan Perancis dan membatalkan
kemerdekaan (dengan 63.8% dan 99.4%). Kepulauan Komoro terus mengklaim
pulau itu, dan draf resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
tahun 1976 didukung oleh 11 dari 15 anggota Dewan dalam mengakui
kedaulatan Komoro atas Mayotte, tetapi Perancis melakukan veto atas
resolusi itu (terakhir, tahun 2004, Perancis mengeluarkan veto dalam Dewan). Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
telah mengeluarkan berbagai resolusi mengenai masalah itu, yang
diangkat dari judul: "Pertanyaan Pulau Mayotte di Komoro" tahun 1995.
Sejak 1995, Mayotte tidak lagi dibicarakan oleh Majelis Umum.
Situasi Mayotte sangat tidak menentu bagi Perancis: sementara
penduduk lokal tidak ingin merdeka dari Perancis dan bergabung dengan
Komoro, beberapa kritik internasional dari rezim bekas koloni
menginginkan Mayotte melanjutkan hubungannya dengan Perancis. Lebih
jauh, administrasi lokal Mayotte, yang diatur oleh hukum Islam, akan
lebih sulit untuk menggabungkannya dengan struktur hukum Perancis, tidak
menyamakan biaya hidup sama dengan Perancis Metropolitan. Dalam hal
ini, hukum yang disahkan parlemen nasional harus menyatakan bahwa hukum
tersebut berlaku di Mayotte dan ditujukan kepada Mayotte
Status Mayotte berubah tahun 2001 menjadi sangat dekat dengan status departemen di Perancis Metropolitan, dengan pembentukan jajahan departemen, meskipun pulau ini masih diklaim oleh Kepulauan Komoro. Perubahan ini disetujui 73% pada referendum di Mayotte. Setelah reformasi konstitusional tahun 2003, statusnya menjadi jajahan seberang laut sementara masih memegang status jajahan departemen Mayotte.
Mayotte kemudian menjadi sebuah departemen seberang laut Perancis pada Maret 2011, hasil dari referendum 29 Maret 2009.
Hasil referendum tersebut adalah 95,5 persen memilih untuk mengubah
status pulau tersebut dari "jajahan seberang laut" menjadi departemen
ke-101 Perancis.
Hukum islam tradisional tidak resminya, yang diterapkan di dalam
beberapa aspek dalam kehidupan sehari-hari, secara bertahap akan
dihapuskan dan digantikan oleh hukum Perancis.
Selain itu, kesejahteraan sosial dan perpajakan Perancis juga berlaku
di Mayotte, walaupun beberapa baru akan diterapkan secara bertahap.
Politik
Politik Mayotte berlaku dalam perkumpulan seberang laut Perancis demokrasi perwakilan parlementer, dimana Presiden Dewan Umum adalah kepala pemerintahan, dan pada sistem multi-partai. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh pemerintah.
Mayotte juga mengirim seorang deputi ke Majelis Nasional Perancis dan dua senator ke Senat Perancis.
Pembagian administratif
Mayotte terbagi menjadi 17 komune. Juga terdapat 19 kanton (tidak ditampilkan) masing-masing dimiliki oleh salah satu komune, kecuali komune Mamoudzou yang dibagi menjadi tiga kanton. Tidak terdapat arondisemen.
- Dzaoudzi
- Pamandzi
- Mamoudzou
- Dembeni
- Bandrele
- Kani-Kéli
- Bouéni
- Chirongui
- Sada
- Ouangani
- Chiconi
- Tsingoni
- M'Tsangamouji
- Acoua
- Mtsamboro
- Bandraboua
- Koungou
Angkutan
- Tidak ada rel kereta api atau transportasi air
- Jalan tol:
- jumlah: 93 kilometer (58 mil)
- beraspal: 72 kilometer (45 mil)
- tak beraspal: 21 kilometer (13 mil)
- jumlah: 93 kilometer (58 mil)
- Pelabuhan dan dermaga:
- Dzaoudzi
- "Longoni" (Koungou)
- Bandar udara:
- dengan landasan beraspal: 1 (2002)
Ekonomi
Mata uang resmi Mayotte adalah euro.
INSEE memperkirakan bahwa jumlah GDP Mayotte mencapai 610 juta euro tahun 2001 (US$547 juta pada nilai tukar tahun 2001; US$903 juta pada nilai tukar Jan. 2008).
Di tahun yang sama GDP per kapita Mayotte 3.960 euro (US$3.550 pada
nilai tukar tahun 2001; US$5.859 pada nilai tukar Jan. 2008), yang 9 kali lebih tinggi dari GDP per kapita Komoro tahun itu, tetapi hanya sepertiga GDP per kapita Réunion dan 16% GDP per kapita Perancis Metropolitan.
Demografi
Sensus Juli 2007 menunjukkan 186.452 orang menetap di Mayotte. Pada sensus 2002 64.7% orang yang menetap di Mayotte lahir di Mayotte, 3.9% lahir di seluruh Republik Perancis (Perancis Metropolitan atau Perancis seberang laut kecuali Mayotte), 28.1% imigran dari Komoro, 2.8% imigran dari Madagaskar, dan 0.5% sisanya dari negara lain.
CIA World Factbook tidak menulis kelompok etnis di Mayotte.
Jajahan Teritorial Mayotte adalah teritori pulau kekuasaan Perancis
di lepas pantai timur Afrika. Terdiri dari satu pulau besar (Mayotte)
dan beberapa pulau kecil. Meskipun sumber daya alam dan komoditi
ekspornya terbatas, Mayotte lebih makmur dari keseluruhan Kepulauan
Komoro melalui bantuan Perancis dan sebuah basis militer Perancis.
Jumlah penduduk bersejarah
1958 | 1966 | 1978 | 1985 | 1991 | 1997 | 2002 | 2007 | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
23,364 | 32,607 | 47,246 | 67,205 | 94,410 | 131,320 | 160,265 | 186,452 | |||||
Jumlah resmi dari sensus terakhir. |
Bahasa
Bahasa asli Mayotte adalah:
- Shimaore, dialek bahasa Komoro (dekat dengan Swahili)
- Kibushi, dialek barat bahasa Malagasi (bahasa Madagaskar) dipengaruhi oleh Shimaore dan Arab
- Kiantalaotsi, dialek barat bahasa Malagasi juga dipengaruhi Shimaore dan Arab
- Arab, dituturkan di sekolah Quran
Kibushi dituturkan di selatan dan baratlaut Mayotte, sementara Shimaore di daerah lainnya.
Bahasa tidak asli juga dituturkan di Mayotte:
- Perancis, bahasa yang dibawa oleh koloni Perancis
- berbagai dialek bahasa Komoro yang dibawa oleh imigran yang tiba di Mayotte sejak 1974: Shindzwani (dialek Anjouan), Shingazidza (dialek Grande Comore), dan Shimwali (dialek Mohéli).
Shingazidza dan Shimwali pada satu sisi dan Shimaore di sisi lainnya sangat sulit dipahami satu sama lain. Shindzwani dan Shimaore mudah dipahami.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Perancis tahun 2006 di antara murid CM2 (sama dengan kelas lima di AS dan Tahun 6
di Inggris dan Wales). Pertanyaan yang diajukan mengenai bahasa yang
dituturkan murid dan orang tua mereka. Menurut survei, peringkat bahasa
ibu adalah (menurut jumlah penutur bahasa pertama dalam jumlah penduduk seluruhnya; persentase mencapai lebih dari 100% karena beberapa orang menuturkan dua bahasa):
- Shimaore: 55.1%
- Shindzwani: 22.3%
- Kibushi: 13.6%
- Shingazidza: 7.9%
- Perancis: 1.4%
- Shimwali: 0.8%
- Arab: 0.4%
- Kiantalaotsi: 0.2%
- Lainnya: 0.4%
Tetapi, ketika penghitungan termasuk penutur bahasa kedua (contohnya seseorang yang bahasa ibunya Shimaore tetapi juga menuturkan Perancis sebagai bahasa kedua) peringkatnya menjadi:
- Shimaore: 88.3%
- Perancis: 56.9%
- Shindzwani: 35.2%
- Kibushi: 28.8%
- Shingazidza: 13.9%
- Arab: 10.8%
- Shimwali: 2.6%
- Kiantalaotsi: 0.9%
- Creole: 0.1%
- Lainnya: 1.1%
Bahasa Perancis
merupakan satu-satunya bahasa resmi Mayotte. Menjadi bahasa yang
digunakan oleh badan pemerintah dan sekolah. Juga digunakan oleh
televisi dan radio juga pengumuman komersial dan papan iklan. Mayotte
adalah salah satu teritori seberanglaut Perancis dimana pengetahuan
bahasa Perancisnya sedikit berkembang, seperti peringkat di atas. Pada
sensus 2002, hanya 55% penduduk di atas 15 tahun menyatakan mereka dapat
membaca dan menulis dalam bahasa Perancis, meskipun jumlah ini lebih
banyak dari Shimaore (41%) atau Arab (33%).
Dengan sekolah wajib terhadap anak-anak dan pembangunan ekonomi yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat Perancis, bahasa Perancis telah
berkembang cepat di Mayotte beberapa tahun belakangan ini. Survei yang
dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional memperlihatkan bahwa
penutur bahasa Perancis sebagai bahasa pertama dan kedua 56.9% dari
seluruh populasi, figur ini hanya 37.7% bagi orang tua murid CM2, tetapi
mencapai 97.0% bagi murid CM2 itu sendiri (berusia antara 10 dan 14
tahun).
Telah terdapat beberapa keluarga yang hanya berbicara bahasa Perancis
kepada anaknya untuk membantu kemajuan sosialnya. Dengan sekolah
Perancis dan televisi berbahasa Perancis, banyak remaja menggunakan
bahasa Perancis atau beberapa kata Perancis ketika berbicara bahasa
Shimaore dan Kibushi, sementara terdapat kekhawatiran bahasa asli
Mayotte dapat punah atau menjadi bahasa creole berbasis Perancis.
0 komentar:
Posting Komentar