Kerajaan Ismahayana Landak adalah sebuah kerajaan yang saat ini berlokasi di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
Keraton Ismahayana Landak memiliki kronik sejarah yang relatif panjang,
meskipun sumber-sumber tertulis yang membuktikan sejarah kerajaan ini
bisa dikatakan sangat terbatas. Sama halnya dengan sumber dari
cerita-cerita rakyat yang muncul di Ngabang, Kalimantan Barat, tempat di
mana kerajaan ini berada. Kendati demikian, bukti-bukti arkeologis
berupa bangunan istana kerajaan (keraton) hingga atribut-atribut
kerajaan yang masih dapat kita saksikan hingga kini dan juga buku Indoek Lontar Keradjaan Landak
yang ditulis oleh Gusti Soeloeng Lelanang (raja ke-19) pada tahun 1942,
sesungguhnya cukup memadai untuk membuktikan perjalanan panjang
kerajaan ini yang secara garis besar terbagi ke dalam dua fase, yakni
fase Hindu dan fase Islam, ini telah dimulai sejak tahun 1275 M.
Periode Pemerintahan
Periode pemerintahan kerajaan ini di bagi ke dalam empat periode dari dua fase, yaitu:
Fase Hindu
Fase Hindu
- Kerajaan Landak di Ningrat Batur (1292–1472)
Fase Islam
- Kerajaan Landak di Mungguk Ayu (1472–1703)
- Kerajaan Landak di Bandong (1703–1768)
- Kerajaan Landak di Ngabang (1768–sekarang)
Wilayah Kekuasaan
Wilayah kekuasaan Kerajaan Ismahayana Landak kira-kira mencakup
seluruh Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Pada tiga periode awal,
secara geografis wilayah yang dikuasai kerajaan ini meliputi daerah
sepanjang Sungai Landak berikut sungai-sungai kecil yang merupakan
cabang darinya. Sungai yang merupakan anakan Sungai Kapuas ini memiliki
panjang sekitar 390 km. Dalam perkembangannya kemudian, cakupan wilayah
kekuasaan Landak semakin luas hingga daerah-daerah pedalaman. Jika
dibayangkan dengan kondisi saat ini, kira-kira batas wilayah Kerajaan
Landak menyerupai wilayah Kabupaten Landak yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Sanggau di sebelah timur; Kabupaten Pontianak di sisi
barat; Kabupaten Bengkayang di bagian utara; dan bagian selatan oleh
Kabupaten Ketapang. Ditengarai bahwa alasan pokok para pendahulu
Kerajaan Landak memilih bantaran Sungai Landak sebagai tempat bermukim
adalah karena di sepanjang sungai ini memiliki potensi kekayaan alam
yang luar biasa, yakni intan dan emas. Usman
mengatakan bahwa intan terbesar yang pernah ditemukan dan dimiliki oleh
Kerajaan Landak bernama Palladium Intan Kubi (intan ubi) dengan berat
367 karat. Setelah penemuan itu, intan tersebut diberi nama sebagai
Intan Danau Raja. Intan ini ditemukan tatkala Raden Nata Tua Pangeran
Sanca Nata Kusuma Tua (1714–1764) bertahta sebagai raja Landak ke XIX di
Bandong. Lebih lanjut, sebagai sebuah kerajaan, Landak tidak menutup
diri dengan dunia luar. Kerajaan ini justru aktif menjalin hubungan
dengan kerajaan-kerajaan lain di sekitar Kalimantan Barat. Relasi yang
dibangun adalah hubungan kekerabatan, seperti dengan Kesultanan Sambas
Alwazikhubillah, Kerajaan Mempawah Amantubillah, Kerajaan Sanggau,
Kerajaan Matan, dan Kerajaan Tayan.
Silsilah
Silsilah Raja-raja Kerajaan Landak dibagi menjadi empat periode
pemerintahan serta dua fase keagamaan: Hindu dan Islam. Keempat periode
yang dimaksud berkiblat pada keberadaan Istana Kerajaan Landak yang
tercatat pernah menempati empat lokasi berbeda.
Fase Hindu
- Kerajaan Landak di Ningrat Batur (1292–1472)
- Ratu Sang Nata Pulang Pali I
- Ratu Sang Nata Pulang Pali II
- Ratu Sang Nata Pulang Pali III
- Ratu Sang Nata Pulang Pali IV
- Ratu Sang Nata Pulang Pali V
- Ratu Sang Nata Pulang Pali VI
- Ratu Sang Nata Pulang Pali VII
Fase Islam
- Kerajaan Landak di Mungguk Ayu (1472–1703)
- Raden Iswaramahayan Raja Adipati Karang Tanjung Tua atau Raden Abdul Kahar (1472–1542) (Islam masuk pada periode ini di Kerajaan Landak)
- Raden Pati Karang Raja Adipati Karang Tanjung Muda (1542–1584)
- Raden Cili (Tjili) Pahang Tua Raja Adipati Karang Sari Tua (1584–1614)
- Raden Karang Tedung Tua (wakil raja) Raja Adipati Karang Tedung Tua (1614–1644)
- Raden Cili (Tjili) Pahang Muda Raja Adipati Karang Sari Muda (1644–1653)
- Raden Karang Tedung Muda (wakil raja) Raja Adipati Karang Tedung Muda (1679–1689)
- Raden Mangku Tua (wakil raja) Raja Mangku Bumi Tua (1679–1689)
- Raden Kusuma Agung Tua (1689–1693)
- Raden Mangku Muda (wakil Raja) Pangeran Mangku Bumi Muda (1693–1703)
- Kerajaan Landak di Bandong (1703–1768)
- Raden Kusuma Agung Muda (1703–1709)
- Raden Purba Kusuma (wakil raja) Pangeran Purba Kusuma (1709–1714)
- Raden Nata Tua Pangeran Sanca Nata Kusuma Tua (1714–1764)
- Raden Anom Jaya Kusuma (wakil raja) Pangeran Anom Jaya Kusuma (1764–1768)
- Kerajaan Landak di Ngabang (1768–sekarang)
- Raden Nata Muda Pangeran Sanca Nata Kusuma (1768–1798)
- Raden Bagus Nata Kusuma (wakil raja) Ratu Bagus Nata Kusuma (1798–1802)
- Gusti Husin (wakil raja) Gusti Husin Suta Wijaya (1802–1807)
- Panembahan Gusti Muhammad Aliuddin (1807–1833)
- Haji Gusti Ismail (wakil panembahan) Pangeran Mangkubumi Haji Gusti Ismail (1833–1835)
- Panembahan Gusti Mahmud Akamuddin (1835–1838)
- Ya Mochtar Unus (wakil panembahan) Pangeran Temenggung Kusuma (1838–1843)
- Panembahan Gusti Muhammad Amaruddin Ratu Bagus Adi Muhammad Kusuma (1843–1868)
- Gusti Doha (wakil panembahan) (1868–1872)
- Panembahan Gusti Abdulmajid Kusuma Adiningrat (1872–1875)
- Haji Gusti Andut Muhammad Tabri (wakil panembahan) Pangeran Wira Nata Kusuma (1875–1890)
- Gusti Ahmad (wakil panembahan) Pangeran Mangkubumi Gusti Ahmad (1890–1895)
- Panembahan Gusti Abdulazis Kusuma Akamuddin (1895–1899)
- Gusti Bujang Isman Tajuddin (wakil panembahan) Pangeran Mangkubumi Gusti Bujang (1899–1922)
- Panembahan Gusti Abdul Hamid (1922–1943)
- Gusti Sotol (wakil panembahan) (1943–1945)
- Haji Gusti Mohammad Appandi Ranie (wakil panembahan) Pangeran Mangkubumi Gusti Mohammad Appandi Ranie Setia Negara (1946, hanya sekitar 4 bulan berkuasa)
- Pangeran Ratu Haji Gusti Amiruddin Hamid (?)
- Drs. Gusti Suryansyah Amiruddin, M.Si. Pangeran Ratu Keraton Landak (2000–sekarang)
0 komentar:
Posting Komentar