Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala.
Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P'o Chie (Sriwijaya), nama Kerajaan Tulang Bawang semakin memudar. Tidak ada catatan sejarah mengenai kerajaan ini yang ada adalah cerita turun temurun yang diketahui oleh penyimbang adat, namun karena Tulang Bawang menganut adat Pepadun, yang memungkinkan setiap khalayak untuk berkuasa dalam komunitas ini, maka Pemimpin Adat yang berkuasa selalu berganti ganti Trah. Hingga saat ini belum diketemukan benda benda arkeologis yang mengisahkan tentang alur dari kerajaan ini.
PENINGGALAN KERAJAAN TULANG BAWANG
Kalau memang Kerajaan ini seperti Kerajaan Hindu lainnya yang mempunyai pembuktian-pembuktian, peninggalan-peninggalan, tentu penulis tidak kebagian seperti ini, telah didahului oleh ahli-ahli sejarah untuk mengungkapnya lagi kalau memang sudah terungkap seperti itu.
Peninggalan-peninggalan yang ditinggalkannya berupa:
1. TANAH/DAERAH :
Segala tanah yang didiami oleh keempat marga di daerah Tulang Bawang itu adalah tanah bekas Kerajaan Tulang Bawang, oleh karena itu keluar ia mempunyai batas-batas tertentu, lebih jelas lagi batas-batas itu digariskan oleh apa yang dinamakan PAKSI EMPAT ( 4 Paksi ) oleh Pemuka-pemuka Adat Pepadun yang ada di Lampung Utara.
Pembagian ini bukan suatu hal yang baru, ia sudah ditetapkan sebelum Adat Pepadun ada, karena ketetapan pada Zaman Hindu itu sama-sama, maka setelah adanya Adat Pepadun yang diperkirakan menjelang abad ke XVIII atau pada abad ke XVIII, ke samaran batas-batas ini ditetapkan oleh Paksi 4 sebagai berikut:
- PAGAR DEWA
- NEGERI JUNGKARANG,
- NEGERI BESAR,
- KOTA BUMI.
2. TULISAN/SURAT LAMPUNG :
Surat Lampung ini kalau kita teliti dan selidiki dari bentuk gambar hurufnya, maka tulisan ini berasal dari tulisan huruf Pallawa Hindu (Lebih jelas tanyakan pada para sarjana-sarjana Tulisan Purba).
Tulisan ini kebanyakan ditulis oleh Nenek Moyang kita diatas kulit kayu Jeluang, dan di Pagar Dewa di atas kulit kayu Alim yang kayu ini tumbuhnya disekitar Danau Lambo sebelah ujung Kampung Pagar Dewa.
3. ANIMISME :
Sungguhpun kita telah dididik diajar digembleng dan diresapi oleh Agama Islam yang sudah berabad-abad lamanya ini, namun pengaruh Animisme Hindu nampaknya sampai pada dewasa ini masih belum juga dapat dikuras habis.
Dimana-mana lebih-lebih di Kampung-kampung dan dipedalaman hal ini masih dipraktekkan oleh Rakyat disana. Mereka masih meyakinkan bahwa Roh-roh itu masih aktif, masih bekerja masih tetap mengawasi anak-cucunya dimana saja berada.
Mereka masih meyakinkan bahwa kayu-kayu besar, gunung-gunung besar mempunyai penunggu dan penjaganya, inilah yang dinamakan Animisme.
4. ADAT/KEBUDAYAAN :
Dalam hal ini penulis tidak berani mengungkapkan panjang lebar tentang Adat dan Kebudayaan Tulang Bawang khususnya dan Adat Lampung pada umumnya, yang akan penulis uraikan yang ada hubungannya dengan peninggalan Hindu.
Diatas telah kita katakan bahwa pembagian itu dibagi menjadi 4 bagian oleh apa yang dinamakan PAKSI EMPAT. Pembagian empat (4) ini sudah lama kita kenal jauh sebelum Adat Pepadun ada orang Hindu telah memulai dengan pembagian 4 lebih dahulu, yaitu :
I. BRAHMANA, II. KESATRIA, III. WAISYA, IV. SYUDRA
Pembagian Paksi 4 adalah pembagian Teritorial, pembagian daerah, sedangkan pembagian 4 Zaman Hindu ini adalah pembagian Kasta/Golongan, namun pembagian 4 memang sudah ada sejak Zaman Hindu.
Lain dari ini pengaruh lebih banyak lagi tentang nama, lebih-lebih di Jawa kelihatan sekali yang terdapat pada wayang-wayang, istilah-istilah seperti PANCA, TRICATUR, NIRWANA, JAYALOKA, PENDAWA LIMA dsb nya.
Disamping pembagian 4 dan istilah seperti disebutkan tadi, pengaruh Hindu ini banyak sekali mempengaruhi dibidang Adat kita lebih kelihatan sekali dalam upacara Adat Perkawinan, misalnya :
Lambang burung Garuda yang dipergunakan waktu mau arak-arakan, apa sebab Lambang ini sudah menjadi kebiasaan dipakai menjadi tradisi Adat, karena menurut pengertian orang-orang Lampung, bahwa burung Garuda itu adalah suatu burung yang terkuat dan ada cerita sejarahnya waktu terjadinya SKALA BERAK. Disamping itu malahan ini yang sebenarnya asli dari Zaman Hindu Purba bahwa ke 3 Dewa yang dipuja puji orang Hindu yaitu :
DEWA BRAHMA, DEWA SYIWA, DEWA WYSNU yang sebut TRIMURTI mempunyai pakaian kendaraannya masing-masing.
Brahma memakai kendaraan yang disebut GANSA, Wysnu memakai kendaraan burung Garuda, sedangkan Syiwa memakai kendaraan NANDHI.
Lain dari pada ini tatkala mempelai laki-laki akan membawa mempelai perempuan kerumahnya (ngakuk) mempelai laki-laki memegang tombak bagian muka, mempelai perempuan memegang bagian belakang, diatas gagang tombak itu digantungi kelapa tumbuh, padi, pisang, kapas dan sebagainya.
Ini adalah perlambangan Hindu, lebih-lebih padi adalah kekuasaan Dewi Sri istrinya Dewa Wysnu.
Dalam pembuatan rumah kita lihat waktu akan memasang bubunga/atap, diatasnya digantungi Sang Merah Putih, Setandan Pisang, botol yang berisi air, bukankah ini perlambangan Hindu kesemuanya. Demikian juga dalam membuka tanah, untuk membuat huma/ladang, kelihatan benar pengaruh Hindu disini, sebelum digarap tanah itu di gali dulu, dibaca mantera-mantera diadakan sesajen dan sebagainya untuk mengusir iblis, setan dan sebagainya.
5. ALAT PERTANIAN/ALAT SENJATA DARI BESI :
Semua alat-alat pertanian seperti : pacul, gobek, kapak, dibuat dari besi, demikian juga alat senjata : tombak, badik, keris dan sebagainya bukankah ini dari besi?
Diatas telah penulis singgung pada tahun 671 Pendeta Tiongkok I TSING pernah mengadakan pencatatan-pencatatan tentang Kerajaan Tulang Bawang, bahwa didapatinya Rakyat disana sudah maju, pandai membuat gula dan membuat besi.
Jelas disini gula aren yang kita minum sekarang, demikian juga senjata-senjata dari besi adalah dari Zaman Hindu dari Kerajaan Tulang Bawang asalnya, malahan di Pagar Dewa sekarang ini masih ada pandai besi (tukang membuat senjata) badik, keris, dan sebagainya. Malahan menurut keterangan Batu Tempaan Kuno ada pada orang tersebut, orang Kalianda mengakui atas kebenaran ini, mereka punya bahannya (besi segelungan), Pagar Dewa punya tepaannya.
Bahkan di Lampung pembuatan sarung-sarung dari pada senjata-senjata ini yang dikenal hanya Pagar Dewalah tempat pembuatan sarung badik yang terbaik, berita ini sampai sekarang masih disebut-sebut.
6. BENDA-BENDA KUNO/ BARANG-BARANG PURBA :
Benda-benda kuno dan benda-benda yang dapat dijadikan pembuktian seperti yang pernah didapati oleh ahli-ahli Purbakala di daerah-daerah Kerajaan Hindu lainnya penulis kira di Tulang Bawang ini ADA.
Dimana benda-benda tersebut inilah perlu kita gali dan kita selidiki, benda-benda tersebut di Kerajaan ini masih terpendam semuanya.
Kalau ada tetap ada, buktinya ada, sejak abad ke XIX barang-barang ini berangsur-angsur dinampakan atau ditampakkan oleh yang empunya, siapa yang punya jelas poyang-poyang yang menjadikan Kerajaan ini
Dimana-mana terdapat dan terdengar barang-barang yang terpendam di Kerajaan ini misalnya di Kampung Gedung Aji, pernah penulis mendengar disini didapati piring, di Pagar Dewa pada awal permulaan abad ke XIX didapati 3 guci, karena guci ini sangat ganjil pandai berkata-kata minta dipulangkan lagi, maka terpaksa oleh yang menemukannya dipulangkan kedalam sungai Tulang Bawang di BUMI RATA PAGAR DEWA.
Beberapa tahun yang lalu penduduk asli Pagar Dewa pernah menemukan sebuah kobokan Purba dan sampai sekarang benda tersebut ada di tangannya.
Terang bagi kita bahwa barang-barang kuno ini ada di kerajaan Tulang Bawang, hanya menunggu siapa-siapa yang akan memulai mengadakan penyelidikan dan penggalian barang-barang yang masih terpendam ini.
0 komentar:
Posting Komentar